Tuesday, February 11, 2014

sakralnya kain batik.

kain batik memang sakral. Selain fungsinya dalam acara resmi, harganya mahal, tentu adanya suatu keistimewaan dan kesakralan kain batik tersebut. Apalagi jika kain batik tersebut sudah disandingkan dengan selembar kain putih sebagai penutup akhir hayat. Tentu sangat sakral bukan?

Setidaknya begitulah yang terdengar dari ucapan seorang Emes. Sang Emes-pun ternyata sudah menyiapkan selembar kain batik untuk beliau dan Ebes. Entah kapan kain tersebut dibelipun saya tidak tahu. Seperti inilah penuturan beliau kepada anaknya yang paling sotoy sedunia akhirat.

"Ibu udah ada mas kain putih dan kain batik dilemari. Buat jaga-jaga, bapak udah masuk lima puluh lima dan ibu 2 tahun lagi masuk lima puluh. Cepet kerja, lulus, gapai semua impian-mu sebelum ibu atau bapak gak ada. Paling enggak liat satu atau dua anaknya sudah sukses dulu. Kan ikut seneng juga orang tua. Kalau nunggu adekmu yang bungsu masuk tentara dapet bintang mungkin terlalu muluk. gak berharap lebih, itu aja"

God damnit. What the hell was she talk 'bout!

but i realized somethin'. That's the fact. The rational thought of my mommy, too rational.

ketika melihat berita mengenai orang tewas atau semacam orang besar meninggal, i couldn't imagine what would happen it to me. just fuck up.

Menangis?
Menyesal?
Meratapi nasib yang telah lalu? Apa yang telah diperbuat saat masih kecil, remaja, dan dewasa?
Menyadari bagaimana sikap beliau melarang ini itu, membolehkan ini dan itu, menuruti kemauan ini itu,


atau.....


Hanya.....


terdiam, bingung harus melakukan sesuatu yang benar pada saat tersebut terjadi.




Hingga saat ini pun terlalu jauh untuk memikirkan "what will i do if tha's happen to me soon? or too soon? when all of their dreamt walk away with their bodies and souls?".


or 


maybe, i just overthought...