sedang mencoba mempost berupa ketikan ketikan yang sedikit bermakna terhadap bidang keilmuan dikit yak.
Akhir - akhir ini saya agak sedikit "tercerahkan" dimana sekarang sudah memasuki masa masa tahun politik dimana mayoritas kepala daerah masa jabatannya "dipaksa" habis pada tahun ini. Mengapa? Karena 2014 nanti kan ada pemilihan legislatif dan eksekutif sehingga pemilihan bupati atau walikota dan semacamnya dimajukan pada tahun ini.
Nah! ini yang paling sering gue dengar ucapan ucapan manis yang dikibar kibarkan oleh para calon calon dimana mulut para politikus tersebut terlalu lamis dan lumrah. Janji - janji manis pun bertebaran dimuka panggung politik. ada yang sedikit menggelitik dan terinspirasi oleh pernyataan salah satu staff ahli Wapres RI yang nyambi di kampus tentang janji - janji yang dilakukan oleh para politik-us tersebut, ya ada beberapa yang sudah terlaksana sih, yang sangat lantang di ucapkan di megahnya mimbar panggung kampanye politik mereka yaitu mengenai pendidikan dan kesehatan.
Lantas ada apa permasalahan yang melintas dan cukup terbesit? ketika mereka melontarkan "jika saya menjadi gubernur , bupati atau walikota (kecuali DKI Jakarta, karena bupati atau walikota tidak dipilih langsung oleh warga, CMIIW) kesehatan di Kota atau Provinsi X akan gratis! Sekolah akan gratis!" dsb.
"Terus buat bayar itu pendidikan dan kesehatan darimana?" "kalo APBD atau APBN gak kuat bayar siapa yang bayar?" bingung lah seketika ketika pertanyaan tersebut kembali tak terjawab.
Mengacu kepada salah satu tujuan NKRI yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sudah sangat jelas menjadi tugas negara, pemerintah pusat dan daerah selaku yang menjalani roda pemerintahan, bahwa meningkatkan taraf pendidikan bangsanya sendiri merupakan suatu kewajiban yang dititipkan para founding fathers negara ini. Namun kalau begini jadinya, apakah mereka rela ketika negaranya sendiri digrogoti dari dalam dan oleh bangsanya sendiri?
lalu apa yang menjadi korelasi antara pendidikan dan kesehatan gratis dengan digrogoti dari dalam? Mungkin secara sadar atau tidak sadar hampir seluruh masyarakat tercetak di kepala mereka bahwa "people respon to incentives". tidak percaya? contoh: mengapa masyarakat Indonesia sangat banyak yang mengkonsumsi BBM berjenis Premium? karena di subsidi dan karena di subsidi itulah mereka menggunakan bahan bakar seenak perut mereka sendiri. begitulah sifat mansia yang dikatakan rasional, dimana ada insentif maka disitu akan terjadi pemborosan. okesip! balik lagi ke topik kesehatan dan pendidikan, ketika pendidikan dan kesehatan digratiskan apa yang akan terjadi? yang sekolah akan semakin seenaknya sendiri kesekolah karena mereka bersekolah menjadi seenaknya sendiri, mau bolos, mau nilai jelek juga ya terserah mereka karena gampangnya sekolah. mau bukti? sekitar 2 - 4 tahun yang lalu pasti dikelas ada aja yang bolos, wong yang nulis aja kuliah terkadang masih TA kok. Njuk piye di sisi Kesehatan? ya seperti itu juga kurang lebih, mungkin value dari kesehatan menjadi berkurang dan masyarakat mungkin akan seenaknya sendiri pula berobat. Bila diberikan resep obat generik maunya bukan obat generik, "lho bukannya obat generik itu gak ada bedanya ya dengan bukan obat generik? cuma ada brandnya ajakan? (mungkin para mahasiswa dari cluster kesehatan lebih paham)" ketika biaya biaya itu membengkak dan pemerintah tidak bisa membayar lantas siapa yang akan membayar?
................. #marchparade
Akhir - akhir ini saya agak sedikit "tercerahkan" dimana sekarang sudah memasuki masa masa tahun politik dimana mayoritas kepala daerah masa jabatannya "dipaksa" habis pada tahun ini. Mengapa? Karena 2014 nanti kan ada pemilihan legislatif dan eksekutif sehingga pemilihan bupati atau walikota dan semacamnya dimajukan pada tahun ini.
Nah! ini yang paling sering gue dengar ucapan ucapan manis yang dikibar kibarkan oleh para calon calon dimana mulut para politikus tersebut terlalu lamis dan lumrah. Janji - janji manis pun bertebaran dimuka panggung politik. ada yang sedikit menggelitik dan terinspirasi oleh pernyataan salah satu staff ahli Wapres RI yang nyambi di kampus tentang janji - janji yang dilakukan oleh para politik-us tersebut, ya ada beberapa yang sudah terlaksana sih, yang sangat lantang di ucapkan di megahnya mimbar panggung kampanye politik mereka yaitu mengenai pendidikan dan kesehatan.
Lantas ada apa permasalahan yang melintas dan cukup terbesit? ketika mereka melontarkan "jika saya menjadi gubernur , bupati atau walikota (kecuali DKI Jakarta, karena bupati atau walikota tidak dipilih langsung oleh warga, CMIIW) kesehatan di Kota atau Provinsi X akan gratis! Sekolah akan gratis!" dsb.
"Terus buat bayar itu pendidikan dan kesehatan darimana?" "kalo APBD atau APBN gak kuat bayar siapa yang bayar?" bingung lah seketika ketika pertanyaan tersebut kembali tak terjawab.
Mengacu kepada salah satu tujuan NKRI yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sudah sangat jelas menjadi tugas negara, pemerintah pusat dan daerah selaku yang menjalani roda pemerintahan, bahwa meningkatkan taraf pendidikan bangsanya sendiri merupakan suatu kewajiban yang dititipkan para founding fathers negara ini. Namun kalau begini jadinya, apakah mereka rela ketika negaranya sendiri digrogoti dari dalam dan oleh bangsanya sendiri?
lalu apa yang menjadi korelasi antara pendidikan dan kesehatan gratis dengan digrogoti dari dalam? Mungkin secara sadar atau tidak sadar hampir seluruh masyarakat tercetak di kepala mereka bahwa "people respon to incentives". tidak percaya? contoh: mengapa masyarakat Indonesia sangat banyak yang mengkonsumsi BBM berjenis Premium? karena di subsidi dan karena di subsidi itulah mereka menggunakan bahan bakar seenak perut mereka sendiri. begitulah sifat mansia yang dikatakan rasional, dimana ada insentif maka disitu akan terjadi pemborosan. okesip! balik lagi ke topik kesehatan dan pendidikan, ketika pendidikan dan kesehatan digratiskan apa yang akan terjadi? yang sekolah akan semakin seenaknya sendiri kesekolah karena mereka bersekolah menjadi seenaknya sendiri, mau bolos, mau nilai jelek juga ya terserah mereka karena gampangnya sekolah. mau bukti? sekitar 2 - 4 tahun yang lalu pasti dikelas ada aja yang bolos, wong yang nulis aja kuliah terkadang masih TA kok. Njuk piye di sisi Kesehatan? ya seperti itu juga kurang lebih, mungkin value dari kesehatan menjadi berkurang dan masyarakat mungkin akan seenaknya sendiri pula berobat. Bila diberikan resep obat generik maunya bukan obat generik, "lho bukannya obat generik itu gak ada bedanya ya dengan bukan obat generik? cuma ada brandnya ajakan? (mungkin para mahasiswa dari cluster kesehatan lebih paham)" ketika biaya biaya itu membengkak dan pemerintah tidak bisa membayar lantas siapa yang akan membayar?
................. #marchparade
No comments:
Post a Comment